MAKALAH NAHWU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Nahwu
“ISIM-ISIM MAUSHUL”
Dosen pengampu:
Tamim Mullah, M. Pd
Oleh:
Khothibatul Ummah (13310115)
Amalia Syarifah (13310117)
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil a’lamin adalah
kata yang paling pertama kami ucapkan karena dengan-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dan karena-Nya lah kami masih diberi kesehatan dan
kemampuan untuk semua ini.
Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada ustadz Tamim Mullah sebagai dosen pengampu mata kuliah nahwu dan yang
telah mengajarkan ilmunya kepada kami.
Ucapan maaf juga kami sampaikan
kepada semuanya pembaca apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan ataupun
kekurangan dalam keterangan ataupun penjelasan, karena kami masih dalam
tahapbelajar dana kami juga mengahrapakan saran dari teman-teman dan juga
pembaca semuanya.
Damikian dari kami semoga bermanfaat bagi semuanya
di sunia dan si akhirat. Amin-amin-amin.
Malang, 10 Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
COVER___________________________________________________ 1
KATA PENGANTAR________________________________________ 2
DAFATAR ISI_____________________________________________ 3
PENDAHULUAN_________________________________________ 4
1.1.Latar Belakang__________________________________________ 4
1.2. Rumusan Masalah_______________________________________ 4
1.3.Tujuan_________________________________________________ 4
PEMBAHASAN_____________________________________________ 5
2.1. Pengertian isim maushul__________________________________ 5
2.2. Pembagian isim maushul_________________________________ 5
PENUTUP______________________________________________ 11
3.1. Kesimpulan____________________________________________ 11
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________ 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nahwu merupakan ayah dari bahasa arab, karena nahwu adalah ilmu
yang mempelajari tentang cara membaca tulisan arab serta kedudukannya. Didalam
ilmu nahwu terdapat banyak pembahasan yang antara lain yaitu isim-isim maushul.
Isim maushul dalam nahwu seperti halnya kata sambung dalam bahasa Indonesia
atau conjunction dalam bahasa inggris yang berguna untuk menyambungkan kata
sebelumnya dengan kata sesudahnya. Oleh karena itu kami akan membahas sedeikit
tentang isim maushul dan semi=oga bermanfaat.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa itu isim maushul?
2.
Ada berapakah pembagian isim maushul?
3.
Apakah syarat-syarat dari isim maushul?
1.3.Tujuan
1.
Mengetahui isim maushul
2.
Mengetahuia pembagian isim maushul
3.
Mengetahui syarat-syarat dari isim maushul dalam suatu kalimat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang
menunjukkan atas sesuatu yang sudah ditentukan dengan perantara jumlah yang
disebutkan sesudahnya. Dan jumlah ini disebut dengan jumlah (shilah maushul).
2.2.Pembagian Isim
Maushul Beserta Syarat-Syaratnya
Isim maushul di bagi menjadi dua,
yaitu:
1.
Isim maushul khas
2.
Isim maushul musytarak.
1.
ISIM MAUSHUL KHAS
Isim maushul
khas adalah isim maushul yang khusus untuk mufrad, jama’, mudzakkar, muannast,
sekiranya pengucapan, Yaitu:
No
|
Isim maushul
|
untuk
|
Contoh
|
1
|
الذي
|
Mufrad
mudzakkar
|
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيِ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ
اْلكِتَابَ
|
2
|
الذان
|
Musanna
mudzakkar (rafa’)
|
وَالَّلذَانِ يَأْتِيَنِهَا مِنْكُمْ
|
الذين
|
----------------------(nashab)
|
رَبّنَا أَرِنَا الّلَذَيْنِ أَضَلَّانّ
|
|
3
|
الذين
|
Jama’
mudzakkar
|
اَلّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِي السَّرّاءِ وَالضّرّاءِ
|
4
|
التي
|
Mufrad
muannast
|
وَاتّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ
|
5
|
اللتان
|
Musanna
muannast (rafa’)
|
جَاءَتْ الَّلتَانِ تنظفان البيت
|
اللتين
|
---------------------(nashab)
|
كافأت اللتين تفوقتا
|
|
6
|
اللاتي
|
Jama’
muannast
|
واللاتي تخافون نشوزهن
|
اللواتي
|
|
||
اللائي
|
|
||
10
|
الألى
|
Jama’ muthlaq
|
يفلح الألى يجتهدون, تفلح الألى
تجتهدن
|
Diperbolehkan
mentasydid nun musannanya الذي
و التي, baik dalam kedaan rafa’ ataupun nasahab. Seperti membaca الذانّ, الذينّ.
Lafadh الألى kebanyakan digunakan pada jama’ mudzakar yang berakal, dan
terkadang juga digunakan untuk jama’ mudzakar yang tidak berakal, seperti
syair:
وتبلى
الألى يستلئمون على الالى تراهن يوم
الراوع كالحدإالقبل
Dan juga terkadang
digunakan untuk jama’ muannast, seperti contoh sya’ir:
محاحبها
حب الألى كن قبلها وحلت مكانا لميكن
حل من قبل
2.
ISIM MAUSHUL MUSYTARAK
Isim-isim
maushul musytarak adalah isim maushul yang boleh digunakan untuk mufrad,
tasniyah, jama’, muannast, mudzakkar, baik yang berakal ataupun yang tidak
berakal. Isim-isim maushul musytarak ada lima, yaitu:
No
|
Isim maushul
|
untuk
|
Contoh
|
1
|
ما
|
berakal
|
مَا
عِنْدَكُمْ ينفذ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ
|
2
|
من
|
tidak berakal
|
وَاللُه يُؤْتِيْ مُلْكَهُ مَنْ
يَشَاء (البقرة:247)
|
3
|
ذا
|
Berakal dan
tidak berakal
|
مَاذَا
عِنْدَكَ (عاقل)
|
مَنْ ذَا
عِنْدَكَ (غير عاقل)
|
|||
|
|||
4
|
أي
|
---------------------
|
يفْلَحُ
أَيُّ مُجْتَهِدٌ, وَأَكْرَمْتُ أَيَّا هِيَ مُجْتَهِدَةٌ
|
5
|
ذو
|
----------------------
|
جَاءَ
ذُوْ اجْتِهَدَ, وَذُوْ اجْتَهَدَتْ
|
من وما المووصولة
Lafadh من
terkadang digunakan untuk hal yang tidak berakal dalam tiga hal, yaitu:
1.
Apabila lafadh yang tidak
berakal menempati hal yang berakal, seperti contoh:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُوْا مِنْ
دُوْنِ اللهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيْبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَمَةِ (الأحقاف: 5)
2.
Apabila lafadh yang berakal dan yang tidak berakal menjadi satu dan
dalam stu hokum, seperti contoh:
أَفَمَنْ
يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ( النحل: 17)
أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ (
الحج: 18)
3.
Apabila lafadh yang berakal dan lafadh yang tidak berakal yang
umumnya dipisah dengan lafadh min seperti lafadh:
وَاللهُ
خَلَقَ كُلَّ دَابّةٍ مِنْ مَاءٍ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِى عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ
مَنْ يَمْشِى عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِى عَلَى أَرْبَعٍ( النور:45)
Dan terkadang
lafadh ما
digunakan untuk lafadh yang berakal, seperti contoh:
فَانْكِحُوْا
مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ الِّنسَاءِ (النساء:3)
Dan lafadh
ما juga banyak digunakan untuk
lafadh yang berakal, jika lafadh yang tidak berakal dan lafadh yang berakal
bersamaan dan dalam satu hukum, seperti contoh:
يُسَبِّحُ
لِلّهِ مَا فِي السَّماَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ ( الجمعة: 1)
ذا
الموصولة
ذا menjadi isim maushul harus memenuhi tiga
syarat, yaitu:
1.
Di dahului dengan ما
dan منmaushulah , contoh:
مَنْ
ذَا عِنْدَكَ, مَاذَا عِنْدَكَ
2.
Lafadh ذا tidak dimaksudkan untuk isyarah
مَنْ
ذَا اْلقاَئِمُ لا يرد بإشارة، فإن أريد بها الإشارة فهي اسم الإشارة أى مَنْ هَذَ
اْلقَائِمُ
3.
Dan tidak menjadikan lafadz ما dan من
dalam satu kalimat.
لمِاَذَا
أَتَيْتَ ، لما وذا لا يراد بكلمة واحدة، فإن اريد بكلمة واحدة فهي الإستفهام أَىْ
لِمَ أَتَيْتَ؟
أي
الموصولة
أي الموصولة
digunakan untuk mufrad, tasniyah, jama’, mudzakar, muannast, berakal, danjuga
tidak berakal.
أي
الموصولة mempunyai 4 keadaan, yaitu:
1.
أي dimudlofkan dan juga disebutkan shodar shilahnya, keadaan
seperti ini dii’rabi sesuai dengan kedudukannya, contoh:
2.
أي tidak dimudlofkan dan juga tidak disebutkan shodar shilahnya,
keadaan seperti ini dii’rabi sesuai dengan kedudukannya, contoh:
3.
أي tidak dimudlofkan dan disebutkan shodar shilahnya, keadaan
seperti ini dii’rabi sesuai dengan kedudukannya, contoh:
4.
أي dimudlofkan dan dibuang shodar shilahnya, keadaan seperti ini
dimabnikan dlummah dalam keadaan apapun, contoh:
ذو
الموصولة
ذوالموصولة juga
digunakan untuk lafadz-lafadz yang mufrad, tasniyah, jama’, mudzakkar dan juga
muannast, baik yang berakal maupun tidak berakal. ذو ini disebut juga dengan ذو طائية lughot arab, seperti contoh:
جَاءَ ذُوْ اجْتَهَدَ، وَذُواجْتَهَدَتْ، وَذُو اجْتَهَدَا،
وَذُواجْتَهَدُوْا، وَذُواجْتَهَدْنَ.
صلة الموصول
dalam penggunaan isim maushul dibutuhkan Shilah dan A’id.
Shilah adalah jumlah yang menyempurnakan makna yang terletak setelah isim
maushul, jumlah ini disebut dengan shilah maushul, contoh:
جَاءَ اَّلذِيْ أَكْرَمْتُهُ, جَاءَ الرَّجُلَانِ اَلَّذَانِ
قَائِمَانِ
A’id adalah dlomir yang kembali pada isim maushul yang mencakup jumlah ini,
contoh:
قَامَتْ الَّتِيْ أَكْرَمْتُهَا, تَعَلَّمْ مَا يَنْفَعُكَ
Syarat dari shilah dan a’id pada isim maushul khas adalah a’id atau dlomir
itu harus sesuai dengan isim
maushulnya, contoh:
أَكْرَمَ اّلَذِيْ قَامَ، أَكْرَمَ اّلَتِيْ قَامَتْ، أَكْرَمَ
اَّلذَانِ/ اّلَلتَانِ قَامَتَا, أَكْرَمَ اَّلذِيْنَ قَامُوْا، أَكْرَمَ اّلَلاتِيْ
قُمْنَ.
adapun Shilah dan A’id isim maushul musytarak itu adad dua wajah atau dua
bacaan, yaitu:
1) Menjaga makna, contoh:
كَرِّمْ مَنْ هَذَّبَكَ للجميع
2) Menjaga lafadz, contoh:
كَرِّمْ مَنْ هَذَّبَكَ، كَرِّمْ مَنْ هَذَّبَاكَ، كَرِّمْ
مَنْ هَذَّ بَتَاكَ، كَرِّمْ مَنْ هَذَّبُوْكِ، كَرِّمْ مَنْ هَذَّبَنَكَ.
Mahal atau kedudukan isim maushul dalam i’rob itu tergantung pada
kedudukannya, yaitu:
1. Terkadang mahalnya mahal rafa’, dalam hal ini isim maushul bisa menjadi
salah satu isim yang dibaca rafa’ (fa’il, naibul fa’il, mubtada’, khobar, isim
kana, khobar inna, dan tabi’ lil marfu’) :
قَدْ أَفْلَحَ
مَنْ تَزَكَّى
2. Terkadang
mahalnya mahal nasahab, contoh: أَحْبِبْ مَنْ يُحِبُّ اْلخَيْرَ
3. Terkadang
mahalnya mahal jer, contoh: جِدْ بِمَا تَجِدْ
Disyaratkan
pada shilahnya maushul itu berupa jumlah khobariyyah yang mencakup pada dlomir
bariz ataupun dlomir mustatir yang kembali pada maushul atau a’id. jumlah
khobariyyah adalah lafadh yang belum tentu kebenaran atau kesalahannya. Contoh
dlomir bariz: لَا تُعَاشِرَ
اَّلذِيْنَ يُحَسِّنُوْنَ لَكَ اْلمُنْكَرَ
Contoh dlomir
mustatir:صَاحِبْ مَنْ يَدُلُّكَ عَلَى اْلخَيْرِ
فوائد
ثلاث
1.
Shilah maushul wajib terletak setelah isim maushul, dan tidak boleh
ada yang mendahuluinya, begit juga mandahulukan sesuatu untuk , seperti contoh:
اْليَوْمَ
اَّلذِيْنَ اجْتَهَدُوْا يُكْرَمُوْنَ غَدًا، بَلْ يُقَالُ اَلَّذِيْنَ اجْتَهَدُوْااْليَوْمَ
2.
Shilah maushul berupa dlorof atau jar majrur seperti contoh:
أَكْرِمْ
مَنْ عِنْدَهُ أَدِبٌ، وَأَحْسِنْ إِلَى مَنْ فِي دَارِ اْلعِجْزَةِ.
3.
Diperbolehkan membuang dlomir atau a’id yang kembali pada isim
maushul, yang apabila tidak dibuang menyebabkan iltibas atau sama dengan lafadz
lain, contoh:
فَاقْضِ
مَا أَنْتَ قَاضٍ أي قَاضِيْهِ، مَاأَنَا اَّلذِيْ قَائِلٌ لَكَ سَوَا ءٌ أي بِاَّلذِيْ
هُوَ قَائِلٌ
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Isim maushul
adalah isim yang menunujukkan atas sesuatu yang sudah ditentukan dengan
perantaraan jumlah yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa Indonesia bisa juga
disebut dengan kata sambung atau dalam bahasa inggris disebut juga dengan
conjunction.
Isim maushul
dibagi menjadi dua, yaitu isim maushul khas dan isim maushul musytarak.
Isim maushul
khas adalah isim maushul yang khusus untuk satu lafadz saja seperti:
الذي,
الذان, الذين, الذِيْنَ, التي, اللتان,اللتين, اللاتي, اللواتي, اللائي, والألى
Isim maushul
musytarak adalah isim-isim maushul yang dapat digunakan untuk semua lafadz,
yakni boleh mufrad, tasniyah, jama’, mudzakkar, muannast, baik yang berakal
ataupun yang tidak berakal, seperti
lafadaz:من, ما, ذا, ذو, أي,
Isim maushul
membutuhkan shilah dan a’id.
Shilah adalah jumlah yang jatuh setelah isim maushul.
A’id adalah dlomir yang kembali pada isim maushul.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al-Ghalayyin, Mustofa. 1886. Jami’ud durus juz 1. Hal 98-106.
2.
Ibnu Aqil syarah Alfiyyah bab ismil maushul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar